Rabu, 30 Oktober 2013

Logika


Rasanya baru beberapa detik yang lalu aku memejamkan mata. ketukan yang membangunkanku itu terasa bagaikan seember air dingin yang secara spontan disiram kewajahku untuk membangunkanku. Masih dengan rasa malas, aku mencoba mengangkat tubuhku sendiri untuk melihat jam yang berada disudut ruangan. pukul 11.23 WIB. ternyata aku begitu letihnya semalam, sehingga lima jam aku tidur hanya terasa beberapa detik.


Aku bangun tanpa merenggangkan seluruh tuang-tulangku seperti apa yang sering aktor-aktor lakukan saat bangun tidur di setiap FTV. kasur dan pintu yang berjarak kurang dari empat meter entah kenapa terasa sangat jauh bagiku. setelah melalui banyak perjuangan, akhirnya tanganku bisa juga mereaih gagang pintu. tapi sebelum membukanya, aku intip duu melalui layar jendelaku untuk mencaritahu siapa gerangan orang disana. awalnya sih aku inginnya tidak ketahuan, tapi kaca jendelaku yang berwarna putih bening berkata lain. Aku melihat Em tersenyum kepadaku.

Akupun segera membuka pintu dan mempersilahkan mereka masuk. tapi ternyata ada Anni juga disana. dia sedang menangis tertahan entah kenapa. aku jadi bingung dan segera mempersilahkan mereka masuk. tapi, Anni malah meminta Em untuk kembali mengantarkannya pulang.

Oya, sekilas tentang mereka. Anni dan Em adalah sepasang kekasih yang sudah bersama sejak SMA tapi sudah tidak bisa dihitung berapa kali mereka putus-nyambung-nya. sebenarya, dianta mereka berdua aku lebih dekat dan lebih dulu mengenal sosok Anni dari pada Em yang baru dikenalkannya beberapa bulan yang lalu. Anni adalah teman satu jurusan di kampus. aku sudah mengenalnya sejak semester pertama, dan itu membuat hubungan kami lebih deat dibandingkan aku dengan Em.

Yang aya tahu, Anni beberapa hari lagi akan mengisi sebuah acara kampus sebagai penyanyi, dan dia berjanji untuk datang ke kostan ku untuk latihan menyanyi bersama temannya Ibas. tapi aku tidak tahu apa yang terjadi, hari ini dia tiba-tiba bertingkah aneh seperti itu. aku mengira mungkin saja Ibas yang tidak bertanggung jawab atas acaranya membuat ia gagal untuk tampil.

Semakin aku memaksa mereka masuk, Anni semakin merengek ke arah Em untuk diantarkan pulang.
Anni yag berada paling dekat degan pintu mendorong-dorong tubuh Em untuk segera bergerak kearah motor, tapi Em yang tubuhnya lebih besar hanya diam saja dan tak terpengaruh oleh daya dorong si Anni. Hingga diluar dugaan, saat Anni sekali lagi mendorong tubuh Em, tangan kanan Em segera meremas wajah si Annie. Aku kaget bukan main. ada apa ini?

kamarku berada di paing pojok, didepan kamarku terdapat sebuah dapur yang tidak terpakai. jadi, pada saat kejadian itu, posisi si Anni sangat menguntungkan bagi Em arena ia tidak punya sudut lain untuk mearikan diri. ada tembok di belakang dan sisi kiri tubuh Annie, sedanngkan di sisi kanannya, aku hanya berdiri tak berkutik. Em yang masih mereasa kesal bertingkah lebih garang. dia membalikkan badannya sehingga posisinya berdiri adalah membelakangi Anni. tapi, tangan kanannya entah kenapa bergerak mundur sebanyak tiga kali seperti gerakan meninju seseorang yang berada di beakang, sehingga mengenai bahu kiri Annie. beum puas, dia lalu berbalik badan lagi dan meremas wajah Anni sekali lagi hingga ia terduduk.

"Anjing! Linglung banget, sih? tadi katanya pengen ke Isa. udah nyampe disini malah pengen pulang!" nada tingginya membuat telingaku seolah ingin pecah, "Saya teh ada kuliah, tau! mana mata kuliahnya penting lagi!" dan dia mulai menendang lutut Anni sebanyak tiga kali dengan sekuat tenaga. sepatu mahalnya tiba-tiba saja terlihat begitu murah didepan mataku.

Seakan baru tersadar dari koma, aku segera mencoba melerainya. saat itu juga, Anni langsung berdiri dan masuk kekamarku lalu mengunci pintu. untu pertama kalinya aku melihat Anni yang aku ceria ketakutan. padangannya yang berlinang air mata seolah berkata, "Sa, Anni takut!"

saat itu, aku tidak tau apa yang harus aku lakukan. Anni langsung menuju kesudut kamarku disamping kasur dan terduduk diam. melalui kaca, aku melihat Em melangkah pergi. bebrap saat kemudian terdengar suara motornya melaju. sedikit demi sedikit bisingnya menghilang selah ditelan oleh bumi.

Aku dan Anni duduk bersampingan. kami terdiam untuk beberapa menit lamanya. aku tidak tahu harus berbuat apa. ini begitu asing bagiku. sebagai seorang cowok, mungin aku bisa dikategorikan aneh karena memanng sejak kecil aku belum pernah berantem secara fisik. apalagi bertingkah seperti Em yang mengamuk itu.

"Sa.." suara Anni terdengar parau. aku menoleh kearahnya. sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu.
"Jangan jijik sama Em, ya. dia memang kadanng begitu. tapi, dia orangnya baik kok."

Oh my god! kata-kata yang diucapkan oleh Anni seperti memanggil semua ingatan yang pernah teman-taman katakan padaku. Juni, teman dekat Anni yang juga satu jurusan denganku pernah bercerita tentang bagaimana dia bisa jauh dengan Anni. yang alasannya tidak lain dan tidak bukan adalah, Anni menolak saran Juni untuk menjauhi Em. lalu ada Shaffa, dia pernah menjadi saksi bagaimana jam tangannya Em membuat hidung Anni berdarah di pintu kamarnya. Iza, dia pernah melihat Em menggampar kepalanya Anni hanya karena tidak didengarkan.

beberapa hari kemudian, cerita tentang insiden itu muai menyebar diteman-teman dekatku. yang bikin aku tidak habis pikir, Wulan temanku yang juga megetahui tentang kisahnya melihat Anni dan Em sedang makan disebuah kafe di depan kampus seolah-olah insiden seperti yang aku lihat itu tidak pernah terjadi.

seberapa besar, sih rasa cinta Anni terhadap Em? Apa benar cinta itu bisa mematahkan Logika?

Tidak ada komentar: