Rabu, 06 November 2013

Aku jatuh cinta pada 'Halaman' pertama kepada Saman.
















"Ayu Utami."

"Oh.." Jawabku singkat setelah mendengar jawabannya dari pertanyaanku yang penasaran, siapa yang berada disampingnya dalam Photo Profil itu, "Penulis, kan?"


Sebuah pertanyaan yang tidak perlu dijawab karena memang semua sudah tahu jawabannya. Dan ternyata memang dia tidak menjawabnya. Entah kemana dan entah ada apa, dia tiba-tiba off dari peredaran alam semesta perchatingan.

Sering mendengar, tapi tidak pernah membacanya (Karya). Dan bodohnya, terkadang aku sering menyebutnya Trie Utami atau Ayu Dewi. Lha, apa hbungannya? untungnya mentok disana, ga nyame ke Ayu Ting Ting.*Abaikan.

Awalnya tidak ada sedikitpun rasa penasaran tentang karyanya. Hingga suatu saat, temanku yang suka bertandang ke toko buku mengajakku ketempat favouritenya, yaitu Rumah buku. Dan itu tanpa sengaja mempertemukan aku dengan 'Pengakuan Eks Parasit Lajang'-nya Ayu Utami. Sekilas membaca sinopsisnya, aku serasa di goda oleh buku tersebut. Dia menangis-nangis minta dibawa masuk kedalam tas. Namun apa daya, Fakta begitu kejam. Pundi-pundi rupiah ternyata saat itu sedang sensitif dan tidak menyukainya. Dan disinilah aku, Duduk tenang pulang sambil memegang sekresek buku punya Dion (Teman sekampus) yang sedang mengendarai motor supaya baik jalannya.

Beberapa bulan kemudian, (Lama, yah?) setelah melupakan insiden menggiurkan tersebut, akhirnya aku teringat kembali. Lalu aku buka lipatan laptopku dan ku tusuk dia dengan modem untuk memuaskan nafsu penasaranku. Ayu Utami, kuketikkan namanya.

"Koy, minjem buku Saman." Google memberitahukanku sekilas tentang Ayu Utami, dan Karyanya yang bertitell Saman. Mengetahui Sukoy (Teman satu kampus) memilikinya, apasalahnya memanfaatkan kebaikannya?

Diapun datang ke kosan dengan membawa harta karun tersebut. Tapi ternyata tidak gratis (Sial!). Aku harus menukarnya dengan sebuah poster untuk acara Teater Kampus yang da produksi.Ah, gampang. Semenit juga selesai, Ujarku menyepelakan. Tiga jam kemudian, selesai juga.

3 hari Kemudian.

Wooow!! Keren Gila!!
Novel dengan isi bersih genap 200 halaman itu membuat aku ingin menulis, ingin mengeluarkan buku dan menyaingi sang penulis.

Kesan pertama?

Seekor burung di halaman pertama memang benar-benar membuat aku terbang melayang sampai ke Central Park.

Kesan kedua?

Bahasanya lebih indah dari pelangi, bok! berwarna dan cerdas. Dia adalah salah satu penulis Indonesia yang menghargai betapa jeniusnya pembaca.

Kesan ketiga?

Aku suka bagaimana dia bisa menghubungkan Politik, Mistis dan Seks dengan gaya bahasa yang berseni. Cuma agak terganggu dengan sepasang kata saja yang dipakainya di bab penutup, yaitu k*nt*l dan Kl*nt*t.

yang lainnya, No Comment! Aku bukan seorang seniman yang bisa mengkritik. Aku hanya penikmat yang menyukai kata-katanya yang membuat aku benar-benar melebur. Saat bercerita tentang Laila dan Shakuntala, aku seakan-akan adalah makhluk halus yang mencuri-curi dengar pembicaraan mereka didepanku sendiri. Aku bahkan merasa seperti ikut ditindas bersama penduduk di desa terpencil yang sepertinya kekurangan sinar matahari karena rimbunnya pohon.

There is no other word anymore. Just, Oh My God, I must buy one. I have t collect 'em.




P.S : Aku bahkan tidak menyangka, ternyata yang aku baca itu adalah cetakan yang ke-30. WOOOOW.

Tidak ada komentar: