Selasa, 19 November 2013

Pohon, Kenapa kau diam saja?


Sebagai seseorang yang berstatus sebagai Mahasiswa Jurnalistik,  Aku sering sekali mendengar banyak orang, baik itu Dosen atau bahkan teman sekelas yang mengeluh tentang berita Online yang terkadang tidak lengkap dan menyajikan berita hanya bersumber dari satu narasumber dan sebagainya, yang kalau diteiti lebih lanjut bisa saja menimbulkan kesalah pahaman, apalagi bagi orang yang baru saja membaca berita yang tidak selalu diikutinya.



Bereda halnya dengan media cetak yang walaupun terkadang bersumber dan dimiliki oleh media yang sama dengan media online tertentu, beritanya lebih luas, lengkap den terkadang singkat dan jelas. Hingga tidak jarang dalam seminar seperti "Sindo Goes to Campus", "Kompas Goes to Campus" dan sebagainya, Para pembicara sering memandang rendah berita-beira yang disebarkan secara online.

Tapi, menurutku berbeda. Media online akan tetap seperti itu (lebih mengutamakan kecepatan dari pada kelengkapan berita) selama media cetak (khususnya koran) masih ada. Kenapa? karena d=itulah daya tarik dari media online. Sekarang satu detik itu sangat berharga bagi sebagian orang, hingga terlalu sayang untuk dibuang dengan cara membolak-balikkan kertas.

Diluar negeri sudah banyak media cetak yang berumur puluhan tahun bahkan hampir satu abad yang telah tutup cetak karena berpindah ke Media Online. Sayangnya, banyak sekali orang-orang yang menyayangkan hal ini. Kalau menurutku, ini adalah hal yang patut dissyukuri, bukannya di sayangkan seperti itu. Kenapa?

1. Sudah bukan rahasia lagi bahwa Media sekarang sudah masuk kedalam lingkaran komersial yang berarti mencari untung. Otomatis media akan melakukan apa saja demi menarik pelanggan. Seandainya semua media sudah berada di Media Online, persaingannya pasti akan kembali lagi seperi media cetak, yaitu bukan waktu lagi tapi lebih ke isi berita dan keaslian berita.

2. Ada berapa banyak Media cetak diindonesia ini? Jawa pos saja punya puluhan bahkan mungkin ratusan anak yang tersebar kesuluruh Indonesia. Berdasarkan hasil waancara saya saat mengunjungi kantor Bandung Ekspress, sehari bisa memproduksi sekitar dua Ribu eksemplar. Bayangkan, satu nama media saja sudah segitu banyaknya perhari. Ada berapa banyak Pohon yang menjadi korban? Ada sebagian Media yang punya pabrik Bubur kertas sendiri, tapi, tetap saja, Pohon pasti ditebang.

3. Kecanggihan teknologi itu tidak bisa dilawan, tapi kita bisa mengaturnya.

Aku, secara pribadi mendukung sekali kalau seandainya pabrik cetak seluruh Media didunia itu ditutup. Aku walaupun belum seratus persen, tapi termasuk orang yang enyuarakan 'Go Green' dan 'Sayangi Pohon'.

Apa yang sudah aku lakukan?  Seperti yang aku jelaskan diatas, aku sudah tidak pernah membeli koran-koran yang sering dijual didepan kampus atau dimanapun lagi. Karena menurutku, Pohon terlalu banyak mengorbankan dirinya untuk manusia, tapi sebagai manusia kita harus tahu diri.

di Poin ke 3, aku diatas, aku merasa kecanggihan teknologi itu harus diimbangi dengan rasa cinta terhadao lingkunga, karena menurutku secara pribadi memang itu tujuannya dunia semakin canggih. Walaupun sekarang masih ada juga barang-barang canggih yang tidak ramah lingkungan.

Aku juga sudah jarang membeli buku tulis, karena aku lebih memilih untuk menulis di kertas-kertas digital yang lebih praktis seperti ini. Tapi, untuk saat ini aku belum bisa berhenti membeli buku. karena menurutku, kertas yang digunakan untuk ha-hal yang berguna seperti itu jauh lebih baik dari pada dibuang-buang begitu saja. Mungkin suatu saat nanti kertas hanya boleh dipakai oleh buku-buku yang berkualitas dan berharga sangat mahal. Karena berada di antara rak-rak buku perpustakaan masih merupakan sensasi yang tak terkata.

Selain itu, dari sisa-sisa kaleng makanan Jilly yang sekarang sudah menumpuk, aku berencana untuk mengisinya dengan tanah hitam dan tanaman hijau didalamnya. semoga saja itu bisa membuat hari-hariku lebih baik.

Oya, satu hal lagi yang masih mengganjal di benakku. Yaitu orang-orang yang berada di gambar dibaah ini.


Lancang sekali mereka menyerukan "Hijau" tapi meggunakan bahan-bahan yang ada dari pohon itu sendiri (Kertas) dan ada yang walaupun bukan dari pohon, tapi sepertinya akan jadi sampah pada akhirnya. Seperti spanduk itu. Setelah mereka dengan percaya dirinya memamerkannya keliling kota, mungkin tidak, ya mereka memajangnya di kamar atau bahkan di sekretariat komunitas mereka? mungkin saja disimpan, tapi lama-lama pasti akan di buang juga, kan? Aku rasa, masalah sampah dan pohon itu tidak bisa dipisahkan.

Sama halnya dengan Koran-koran bekas yang sering saya temui. Terkadang ada yang berada di tong sampah, terkadang ada yang sudah memluk gorengan, bahkan ada yang bertebaran begitu saja di jalanan. Ah, mengenai hijau, saya rasa cuma kesadaran masing-masinglah.

Lalu apa solusinya? Aku tidak pasti ini akan menjadi solusi yang baik, tapi setidaknya bisa dicoba. Dari pada berkeliling membawa calon sampah, lebih baik membuat acara seperti seminar yang bisa langsung memberi efek. Masalah publikasi, Twitter, Facebook, Blog, Youtube, dll saya rasa sudah tidak jadi masalah kalau seandainya tidak ada Baligo atau semacamnya.

Tapi, mohon di jawab pertanyaan berikut.



Aku? Belum. setidaknya belum seratus persen. tapi aku masih mencoba.

Aku pernah bertemu dengan sesorang yang luar biasa (Secara tidak langsung-Seminar). Namanya Inayah Wahid. Semua produknya, dari sabun mandi, shampoo, bahkan pembalutnya, dia tidak menggunakan produk komersial Semuanya tanpa bahan pengawet. Aku ingin seperti dia, tapi mungkin harus berjalan dari bawah dulu.

Dan langkah pertamaku sudah akku mulai sejak dulu. Aku sudah berhenti membeli koran secara berkala. Mungkin cuma satu kali dalam sebulan, atau kurang. Dan langkah berikutnya, akan saya usahakan saya bisa lakukan.

Seandainya pohon bisa berbicara, Aku yakin, tidak ada yang sanggup mendengar caci makinya.
Pohon oh pohon. kenapa kau diam? aku rasa sesekali kami butuh mendengar caci makimu terhadap kami.

21 November 2013. Tidak ada yang bisa aku sampaikan lagi setidaknya untuk saat ini. Sepertinya aku butuh meditasi sejenak untuk mendenarkan suara pohon. Selamat, siang semuanya. Semoga pohon masih memberimu Oksigen untuk hari ini, esok dan seterusnya. :)



Tidak ada komentar: