Jumat, 01 November 2013

Kembang Pasir

Baru saja aku dengan susah payah mengepel dan menyapu lantai depan, eh sekarang aku sudah mencium aroma tidak sedap lagi. Padahal disana tidak terlihat adanya sumber bau atau hal menjijikan yang lainnya. Lantainya bersih, putih dan kinclong olehku. Dengan terpaksa aku kemballi ke dapur mengambil peralatan yang untungnya masih bisa langsung dipakai.

Sebuah lap yang seharusnya berwarna putih tapi terlihat sudah kekuning-kuningan kugulungkan di leherku. Itu sangat membantuku dalam menyelesaikan pekerjaan ini. Karena ini aku gunakan unutk mengelap keringatku yang bisa saja membuat aku tidak nyaman.

Secepat mungkin setelah mengepel lantai aku beranjak ke taman dibelakang rumah. Taman yang tidak luas tapi sangat menenangkan. Tapi sayangnya aku tidak bisa bersenang-senang disini. Kuambil gunting rumput yang berada di gudang kecil disamping rumah, lalu dengan lihainya aku memotong bunga hias yang tumbuh lebat menutupi pagar.

Rumput bagian pertama, aku memotongnya menjadi bentuk seperti pohon natal kecil. Setengah jam lebih aku harus memperbaikinya. Saat selesai, aku lihat hampir sempurna karyaku itu. Cuma ada sedikit cacat dibagian sampingnya yang tak sengaja kupotong ekstrim.

Tanaman yang kedua aku buat menjadi Manekin Piss yang terbuat dari tanaman. Dengan waktu yang lebih lama, aku sudah menyelesaikannya. Satu-satunya yang membuat itu terlihat tidak sempurna hanya air mancurnya. Entah mukjizat atau hanya keberuntungan semata, aku menemukan selang kecil dan panjang disekitarku. akupun langsung menghubungkannya ke keran air dan membuat seolah Manekin itu memang sedang 'Pissing'.

Hanya ada tiga tanaman hias yang berjejer rapi. Yang terakhir ini, aku berniat untuk mengukirnya menjadi gambar kucingku Jilly. tapi, sebelum aku memulainya, aku tiba-tiba bertanya sendiri. Mana Jilly kucingku? Sejak pagi tidak kelihatan. Aku tiba-tiba saja khawatir berlebihan kepadanya. Aku cari kelantai atas, ke dapur, ke kamar tamu, kamarku sendiri, ke toilet. tapi Aku tidak menemukan apa-apa.

"Lagi nyari apa, Sar?" Seseorang wanita berpakaian serba merah dengan kipas yang digoyang-goyagkan ke wajahnya berdiri tidak jauh dibelakangku. Aku kaget.

"Eh, nyonya. Lagi nyari Jilly, nya." Nyonya? Siapa dia? kenapa refleks saja aku menyebutnya Nyonya. Eh, tunggu dulu. Tadi dia memannggilku siapa? 'Sar'? Ada apa ini?

"Siapa itu Jilly?"

"Kucing saya, Nya."

"Emang kamu punya kucing?"

"Iya, yang warnanya putih hitam ituloh."



"Trus kenapa kamu bawa kesini?"

"Ya, kan ini ru...." Aku terdiam. seharusnya aku mengucapkan 'Ini rumah saya, ya terserah saya'. Tapi sesuatu menyadarkanku. Pakaiannya begitu mewah, sepertinya hanya dengan duit satu juta, kamu hanya akan membayar uang mukanya saja. terus, bagaimana cara dia berbicara kepadaku, walaupun bukan dengan nada mengejek atau merendahkan, tapi berbeda saja. dan aku bandingkan dengan diriku. Loh, Kenapa aku bisa memegang lap kusam begini? bajuku kelonggaran. celanaku kedodoran. Dia memanggilku 'Sar' dan aku memaggilnya 'Nyonya?' ada apa ini?

"Ini tolong belikan saya minuman dingin di minimarket didepan," diserahkannya uang dua puluh ribuan kepadaku. dia lalu membalikkan badan dan segera menghilang kelantai atas. "KEMBALIANNYA UNTUK KAMU SAJA..!" teriaknya dari atas.

Aku langsung pergi keluar. Biasanya aku yang bergerak lincah, sekarang aku seperti keong yang berjalan dengan kecepatan 2m/jam. aku memikirkan banyak hal diwaktu yang sama, sehingga saat seseorang menubrukku dan terjatuh, aku bahkan baru mennyadarinya beberapa menit kemudian bahwa uangnya telah berpindah tangan. Aku melihat orang itu yang sudah menjauh. ternyata dia anak kecil, tapi larinya cepat juga.

Tanpa pikir panjang, aku langsung saja memakai jurus kaki seribu untuk mendapatkannya. Kulihat dia sudah lumayan dekat didepanku. dia berbelok kiri, aku ikuti. dia masuk gang, aku ikuti. dia terasa semakin dekat tapi semakin sulit bagiku untuk menghentikannya. Lalu, ada sekolompok orang banyak didepan sana. sepertinya kami sedang meuju kearah pasar tradisional. Dua oranng yang saling bekerja sama mengangkut sekeranjang apel menghalangi anak kecil tersebut. Diluar dugaanku, bukannya berhenti malah dia berhasil melompati keranjang itu dengan memukau. Parahnya, menyadari hal itu, bukannya membantu, orang-orang sekitar malah bertepuk tangan.

Ternyata selama menyaksikan pertenjukan kecil anak itu tadi, aku menghentikan lariku. merasa dirugikan, aku segera melanjutkan lariku. tapi, dua orang dengan seragam yang sama kini meghalangi jalanku. sayagnya, sekarang mereka malah seperti mengangkut sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Kaca yang mereka angkut tidak akan lebih tinggi dari dada mereka, itu pikirku. Akupun nekad melompati kaca yang sebenarnya aku tidak melihatnya dengan pasti.

Daarrrr!!!!

Aku membuka mata. pandanganku awalnya buram tapi lama-kelamaan bisa normal lagi, seperti halnya menonton video youtube yang High Definition. aku terbaring entah sudah berapa lama, yang sepertinya dirumah sakit. Aku mencoba untuk merubah posisiku yang tadinya berabring sekarang menjadi duduk.

Seseoranng terdenger melangkah masuk setelah bunyi pintu yang dibuka. Seorang gadis cantik yang melihatku sangat kaget, mendekatiku. Dia memegang  tanganku, meraba pipiku dan mengecup keningku. mulutnya ternganga seperti orang bisu. Aku rasa dia terlalu senang melihatku bisa sembuh secepat ini. Namun, aku tidak tahu dia siapa. Tapi dengan caranya memperlakukanku, aku merasa tersanjung dan salah tingkah.

Seorang pria memakai kemeja putih masuk mengikutinya. Dia terlihat kaget tapi lebih bisa mengendalikan emosi. Dia duduk disamping wanita cantik itu. Diapun mengucapkankan kata-kata yang sepertinya tidak bisa aku maafkan dan tidak bisa aku megerti. seperti, "Untunglah, papa akhirnya sadar juga."

Oh My God! What on earth is going on? setahuku, aku mungkin jauh lebih muda daripada mereka. tapi aku dipanggil Papa? Satu hal lagi yang membuat kekesalanku terasa sempurna. Aku sudah mencoba berbicara menanyakan apa yang sebenarnya terjadi, tapi aku tidak bisa.  mulutku terasa sulit sekali. Apakah aku tadinya koma? Mungkin sepuluh tahun lebih? sehingga membuat aku lupa bahwa aku sudah menikah dan punya anak? Dan selama itu otot-ototku menjadi sulit untuk digerakkan?

Seorang dokter muda memasuki ruangan. Aku mendengar bahwa ternyata aku sudah bisa dirawat jalan karena kesehatanku sudah jauh lebih baik.

Singkat cerita, sekarang disinilah aku. Dirumahkku sendiri yang sama sekali tidak aku kenal. Aku melihat kesamping kiri, sebuah kalender terlihat lebih menarik bagiku. Aku awalnya berpikir mungkin sekarang aku berada di tahun 2050 atau mungkin lebih jauh lagi. Tapi, teryata aku masih berada di bulan November 2013. Ada apa ini?

Pagi ini terasa lebih damai daripada biasanya. Walaupun pada kenyataanya aku masih shock saat melihat cermin, aku melihat seorang pria berumur 40 tahun. Tapi, aku mencoba tenang dan memilih utuk berjalan-jalan keliling kota sendirian.

Baru selangkah keluar dari rumah, hawanya langsung saja berubah saat segerombolan manusia terllihat berteriak-teriak senang di atas motornya yang berkecapatan tinggi dan berisik. Seorang wanita berlari dari arah yang sama di trotoar. Anak gadisnya yang berumur mungkin kurang dari lima tahun, dititipkannya kepadaku secara tiba-tiba dan dia lalu melanjutkan larinya tanpa mau mendengarkan pertanyaanku yang kebingungan.

Biasanya anak seusia itu akan menangis jika ditinggalkan oleh orang tuanya. tapi yang satu ini malah tersenyum ramah memandangku seolah menantangku untuk berpetualang bersama.Akupun membalas senyumnya seolah berkata, 'Siapa takut?'.

Tour pertama, aku mengajaknya kesebuah mall terrdekat. Di sana aku mengajaknya menonton film Animasi terbaru. setelah itu, kami pergi ke sebuah restoran tradisional dan menikmati makan siang bersama. yang terakhir, kami meghabisi sore bersama menikmati sunset di sebuah taman ditengah kota.

Malam memaksaku untuk mengajaknya pulang bersamaku. Keesokan harinya, aku kembali mengajaknya pergi berkeliling ke tempat yang berbeda, sampai tujuh hari berturut-turut. Ada satu keganjilan yang baru aku sadari. Dalam kurun waktu satu minggu, tingginya yang awalnya sepinggul sekarang sudah menjadi sebahu. Apa lagi ini?

Disuatu kesempatan, aku memberanikan bertanya kepadanya siapa dia sebenarnya. Awalnya dia diam saja, tapi setelah pertanyaan itu aku ulangi sampai berpuluhan kali, dia memberiku selembar uang kertas pecahan dua puluh ribuan. Aku kaget bukan main. apa mungkin dia anak yang mencuri duitku?

"Itu dicariin." Ujarnya sambil menunjuk sesuatu dibelakangku.  Saat aku menoleh kearah yang di tunjuknya, aku tidak bisa membayangkan bagaimana ekspresiku saat itu. Yang tadinya adalah jalan raya yang mustahil sepi, sekarang aku hanya melihat sebuah rumah modern minimalis yang berwarna putih.

Seseorang yang tidak asing lagi bagiku terlihat muncul dari jendela rumah itu. Perempuan yang aku sebut Nyonya melambaikan tangannya kearahku. Aku bingung sejadi-jadinya. saat aku kembali menoleh ke anak kecil tadi, aku tidak menemukan siapa-siapa.

"SAR! CEPAT KESINI!" Suara Nyonya terdengar begitu nyaring ditelingaku. Tanpa buang-buang waktu, aku segera kesana.

"Mana duit yang tadi?" Aku kaget. Aku bahkan lupa apa yang harusnya aku beli. tapi, mendengar perintah Nyonya, aku segera memberikannya duit satu-satunya yang aku pegang itu. "Untung belum kamu beli apa-apa."

"Ada apa ya, Nya?" Rasa bingungku mengalahkan takutku untuk bertanya.

"Bukan urusanmu. Sana, ngepel lagi. lantainya bau lagi." Ujarnya sambil kembali ke lantai atas. Sedangkan aku tidak bisa berbuat hal lain selain yang disuruhkan orang yang aku panggil Nyonya tersebut.

Sudah hampir tengah malam, tapi bau pesingnya tidak pernah hilang juga. Aku terlalu capek untuk melanjutkan. Tanpa pikir panjang aku segera kembali ke kamarku dan merebahkan tubuhku. Seketika aku tidak ingat apa-apa.

Aku merasa ada sesuau yang mingibas-kibaskan wajahku. Saat ku buka mata, ternyata itu ekornya Jilly yang sedang tenang -tenanngnya berbaring disampingku. Aku kaget bukan main. Kemana aja dia selama ini?  Aku bahkan sudah lupa bahwa aku punya piaraan seekor kucing lucu. Akupun bangun dan.... Aku bertambah kaget lagi. sekarang aku berada di sebuah ruangan yang tidak pernah asing lagi bagiku. ruagan yang berwarna apple green dengan aksen merah bertebaran disekitar dinding yang berbentuk telapak tangan. Ini adalah ruangan yang benar-benar aku merasa disinilah sepatutnya aku berada.

Tapi ada satu hal lagi yang masih aneh. Bau pesingnya masih menyengat dihidungku. Ku lihat disekitar kasurku. Ternyata aku setengah basah oleh air pesing yang aromanya tidak berbeda dengan makanan si Jilly. Tidak mungkin ada tersangka lin, pikirku.

Secepat kilat, aku melirik kearah Jilly. "Meooong", katanya. seolah-olah mengejekku yang dalam bahasa manusia berarti, "Lebay ah. Makanya, pasir jangan lupa diisi." Okeh. aku mengerti. bagaimanapun salahnya kamu, Jilly. tetap saja aku yang salah.

Aku berdiri, mencubit tanganku sendiri dan merasakan sakit yang berarti bukan mimpi. lalu aku ambil handuk dan mandi. masalah kamar bau pesing, nanti aku urus setelah mandi. masalah Jilly? sepertinya dia akan berpuasa selama satu hari penuh karena telah merubah kembang tidurku menjadi kembang pasir.





Tidak ada komentar: