Jumat, 01 November 2013

Text Story



Hitam pekat, Gelap dan sunyi. Tak ada setitik cahayapun disini. setidaknya sebelum bunyi sms yang menyapaku. Sebagai satu-satunya sinar yang bersinar diruanga itu, lantas saja membuat perhatianku terarah kepadanya. Itu sms dari Yudhi yang seharusnya dia balas satu jam yang lalu. Karena memang berharap dia membalasnya, akupun mengabaikan rasa ngantukku untuk sejenak.


"Namanya siapa?" aku tersenyum sendiri membacanya. Cahaya dari handphone yang menyinari wajahku membuat terihat seperti hantu. seandainya aku menyadarinya, mungkin aku akan segera menghidupkan lampu saat itu juga.

Dengan lihai aku membalasnya dalam sekejap. "Cantika. secantik namanya, Bro. :D ".

beberapa detik kemudian, akupun langsung terlena dengan setiap balasan sms dari Yudhi yang membuatku segera ingin bertemu dengannya untuk menceritakan apa saja yang aku rasa penting untuk dia ketahui.

Kriiing.. Kriiing.. Kriiing...

Jam dengan bunyi alarm yang klasik sangat aku benci. tapi karena itulah aku membelinya. Dengan membencinya membuat aku ingin segera mematikan bunyinya. Dan aku sengaja meletakkannya jauh dari tempat tidurku. trik itu sukses membuatku bangun tepat pada waktunya. begitu juga pada pagi ini.

Hari ini aku ada kuliah Bahasa Jurnalistik tepat pada jam 8. Tapi, aku sengaja bangun pukul 6 tepat hanya karena satu hal. Aku harus meyakinkan diriku untuk menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat pagi padanya. Siapa lagi kalau bukan Cantika?

Dia adalah teman SMAku dulu. Beberapa minggu yang lalu, tidak sengaja aku bertemu dengannya saat menikmati acara Braga Festival. Sejak saat itu, aku kembali berhubungan dengannya setelah putus kontak lebih dari dua tahun.

Esa hilang, dua terbilang. setidaknya begitulah kata pepatah yang sering aku dengar. Aku yang baru satu bulan putus dengan pacarku mencoba membuktikan pepatah itu. dan ternyata benar, Sekarang aku bertemu Cantika yang ternyata memberikanku harapan. Setiap pagi, siang, malam, dia tidak pernah absen membalas smsku. malah terkadang dia yang lebih dulu memberiku ucapan selamat pagi.

Dua minggu berlalu, Aku yang biasanya sangat jarang menyentuh ponsel, sekarang aku telah berubah menjadi manusia yang tak bisa hidup tanpa gadget. Di kelas, di toilet, di jalan. dimanapun, aku sekarang tidak pernah berhenti melihat layar ponselku.

malam ini, Yudhi berencana menginap di kontrakanku.Dia datang dengan membawa sebilah gitar. seperti biasanya, hanya dengan gitar, kami bisa bernyanyi berjam-jam tanpa henti. begitu jug adengan malam ini. 

"Cintaku bertepuk sebelah tangan.. hooooo" aku emnyanyikan lagu yang diiringi oleh Yudhi. namun, aku serin sekali terputus-putus. bukannya aku tidak hafal, tapi Dering sms dari ponselku membuat aku tidak konsentrasi.

Lagu pertama, Masih biasa. lagu kedua, ketiga juga sama. di lagu keempat, Yudhi mulai memainkan gitarnya tanpa rasa semangat. lagu kelima, Saat yudhi diam karena aku yang sedang smsan juga ikut diam.

"Ah, lu mah ga serius. Santai itu juga perlu serius, Zy!" Aku dijitak oleh Yudhi tapi aku diam saja. Cantika masih lebih penting dari pada marahnya yang tidak jelas. Tapi, untuk mengikuti kehendaknya akkupun kmulai menyanyikan lagu lagi. hingga akhirnya, yang terdengar hanya bunyi gitar dan suaranya saja. Suaraku? aku diam. membalas sms Cantika butuh fokus. Saat itu juga Yudhi langsung merebahkan badannya kekasur.

Di sisi lain cerita, Cantika dan dua orangnya sedang nongkrong diisebuah Cafe. Mereka adalah tiga cewek paling keren di kampusnya. Tapi, gadget membuat mereka berkumpul dalam diam.

pletak pletak pletak

Juwita memainkan jari-jarinya diatas meja. tidak ada yang elbih menyenangkan baginya selain benar-benar berinteraksi di dunia nyata. Namun Cantika dengan elegannya menyentuh jari-jarinya itu supaya berhenti.
"Ah, Sial!!"  Ujar Lina.

"Ada apa?" Juwita yang dengan wajah sini-curhat-denganku refeks ingin tahu kenapa Lina mulai mengeluh.

"Ini, dari tadi ga bisa upload foto." perlahan tapi pasti, tangan kanan juwita menutupi matanya dan tertunduk.

"Ga ada pulsa kali?" sindir Cantika.

"Enak ajah, baru diisi gecap barusan." Lina yang merasa ada yang aneh dengan nada bicara Cantika jadi penasaran, "Eh, lagi seneng, ya? senyum mulu."

"Kepooo deeh."

tepat disaat itu, Cantika menekan tombol 'Send' pada handphonenya. dan beberaa detik kemudian akupun bisa tahu apa yang dikirimnya.

'Siang. lagi apa?'

Yudhi yang sedang membantuku mendekrasi ruangan atapnya merasa terganggu karena berkali-kali aku membalas sms cantika. Rumah yudhi yang kebetulan orang tuanya sedang berada diluar kota, aku manfaatkan untuk mempertemukan aku dan cantika dimalam yang indah. yaitu malam ini. Akupun langsung mengajak Cantika saat itu juga melalui sms.

Kurang dari satu menit, balasan yang diberikan Cantika sukses membuatkku teriak dan melonjak kegirangan. walaupun hanya satu kata 'Iya', tapi aku merasa dia menuliskannya dengan senyum.

Malampun tiba. Lilin yang menala indah, Angin yang berbisik sendu, bulan yang malu-malu. dan didepan mataku Cantika yang tak kalah anggun. semuanya hampir sempurna.

"Diminum." Ujarku menawarkannya minuman hangat.

"Minum nomer dua, foto dulu." ujarnya sambil mengeluarkan handphone dari tas mungilnya. Aku pun langsung memasang satu-satunya pose yang aku tahu. Tersenyum paksa, dan satu tangan diangkat sejajar dengan wajah seolah memamerkan tagline KB. 'Dua anak cukup!'.

"Ih, bukaaan. minumannya." ujarnya sambil tertawa kecil. Kalau seandainya yang didepanku adalah Yudhi, tentu saja sudah aku bunuh. tapi, semoga saja Yudhi tidak mendengarkan apapun malam ini.

Setengah jam lebih berlalu, dan aku masih saja diam melihat Cantika yang sibuk dengan gadgetnya.

"Lagi smsan sama siapa, Can?" aku memulai percakapan.

"Ah, engga. teman lama."

"Pacar, ya?"

"Engga, kok."

Lima menit diam, dan.

"Eh, tolong di like foto yang aku upload barusan, ya."

"Oh, Okeh."

Lima menit diam lagi.

"Eh, kamu sibuk banget, ya."

"Ah, engga. cuma.." Biip.. dering sms memotong pembicaraan Cantika. lalu, "Eh, tadi mau nanya apa?"

"Apa, ya? udah lupa." Ozy terdiam. makin lama dia makin kesal.

"Eh, Kamu jarang ngetweet, ya?"

"Ho oh."

Diam lagi.

"Eh, Ozy. ini maksudnya apa?" Cantika menunjukan handphonenya.


Aku cuma bisa diam salah tingkah. Dan malam itupun berakhir dengan ditingalnya aku sendiri di atap rumah Yudhi oleh Cantika. #Memukau.

Satupesan saya, teman.


Cuma itu.


Tidak ada komentar: