Cerita
dimulai sejak dibukanya pintu lift untuk pertama kali di pagi hari. Tujuh kali
dalam seminggu. Dua belas jam dalam sehari.
Tumbuhlah
subur sebuah toko yang ada di sudut Kota Bandung. Peralatan untuk rumah, hotel
dan cafe disediakan lengkap disana. Ada penjual tentu ada pembeli. Walaupun
dalam kasus ini penjualnya entah ada dimana, tapi pembelinya ada dalam bentuk
asli. Untuk melayani para konsumen tersebut, direkrutlah beberapa orang yang
mampu secara fisik dan mental melayani niat suci pembeli tersebut.
Dan
kisahpun tercipta.
Pukul
08.00 WIB.
Setelah
apel pagi, maka berpencarlah seluruh manusia yang mengadu nasib di toko nan
subur itu. Ada yg mendapat tugas di lantai dasar, tempat keluarga plastik dan
sejenisnya dijual, lantai satu, tempat stainless steel dan sejenisnya, lantai
dua yang menyimpan berbagai jenis kaca dan lantai tiga dengan barang-barang
elektroniknya. Sedangkan dilantai empat atau pada kenyataannya lantai yg
ke-lima, dijadikan sebagai gudang bagi toko tersebut.
Sebuah
mobil hitam muncul bertepatan dengan dibukanya toko itu oleh satpam. Tanpa
pikir-pikir lagi, seorang pria bersama istri dan dua anaknya pun langsung
memasuki bangunan lima lantai tersebut.
Mereka
berempat tanpa ragu langsung memilih untuk menuju ke lantai tiga dengan lift.
Kompor, magic jar, dan berbagai peralatan yang mengandung listrik dan gas
berada dilantai ini. keluarga bermata sipit dan berkulit oriental ini pun
berkeliling melihat dan memilih peralatan yang pas untuk di beli.
Dua
anaknya, yang satu laki-laki berbadan subur, berambut cepak dan berperawakan
tinggi, yang umurnya bisa diperkirakan sekitar tujuh tahun. Dan yang satunya
wanita, berperawakan kurus langsing dan centil yang berumur sekitar enam tahun.
Ada banyak perbedaan mereka. Tapi satu persamaan yang jelas. Mereka lincah.
Disela
kesibukkan orang tuanya yang sedang sibuk memilih-milih, mereka pun membuat
sebuah permainan. Permainan kuno yang terlihat modern karena dimainkan di
sebuah supermarket khusus Home and Hotel Supply.
Setelah
berunding, maka Sang adik pun rela menjadi orang yang menutup mata. Sedangkan
sang kakak mulai terlihat sibuk mencari tempat persembunyian. Namun, karena ini
toko, tentunya tidak ada tempat persembunyian yang bagus kecuali lift. Ya, dan
disitulah dia bersembunyi.
Di
lantai 2.
Lift
terbuka dan keluarlah seorang ibu. Wajahnya anggun dengan dibumbui sedikit
keangkuhan. Ditangan kanannya digantung sebuah tas mewah berwarna ungu
berhiaskan berlian entah asli entah palsu. Sepatu berhak lebih dari lima
centimeter membuat pantatnya yang besar terlihat semakin besar. Sedangkan
perutnya yang buncit terlihat rata dengan payudaranya yang kecil. Jalannya
pelan dan santai. Namun, frekuensinya melirik ke arloji mewahnya dalam satu
menit membuat kesibukkan yang dia sembunyikan tersibak dan terpamerkan.
Setelah
lebih dari tiga kali mengelilingi rak-rak piring, diapun melambaikan tangannya.
Bukan pada cctv tentunya. Seorang SPB datang menghampirinya. Dari jauh terlihat
jarinya menunjuk-nunjukkan sesuatu dan menjelaskan sesuatu yang sepertinya
penting. SPB tersebut mengangguk dan melangkah kembali ke meja komputer.
Setelah
mengecek stok, dia menelphone bagian gudang agar diturunkannya barang pesanan
Ibu Sibuk tersebut. Mendapat sinyal menunggu, diapun melaporkan kepada sang Ibu
tersebut bahwa pesanannya sedang diambil. Stok
barang tersebut hanya tinggal satu dan itu cuma ada di bagian gudang. Sedangkan
gudang yang berada dilantai paling atas menyimpan semua jenis barang yang
dijual disana. Walaupun sudah dipastikan letak tepatnya, tetap saja pencarian
harus dilakukan karena tidak hanya ada satu benda di tempat tersebut.
Sedangkan
di lantai dua, Ibu tersebut sedang duduk gelisah menunggu barangnya. Belum tiga
menit berlalu (yang biasanya butuh waktu sepuluh menit atau lebih) Ibu tersebut
sudah mengeluh.
SPB
yang tadinya melayani Ibu tersebut kini sedang sibuk melayani orang lain dan
sesekali bercanda dengan teman seprofesinya. Tanpa dia sadari bahwa dia sedang
diawasi.
"Hey,
kamu!" Panggil Ibu tersebut dengan sedikit berteriak. Setelah didatangi
SPB tersebut, nada suaranya pun lebih dinaikkan. Dengan sesekali menunjukkan
arlojinya dia menggerutu kearah SPB tersebut.
Mendapat
keluhan mendadak, sang SPB tetap berusaha profesional dan meminta izin untuk
mengecek barang di belakang. Tentu saja belum ada barang tersebut sampai. Tapi,
SPB tersebut sengaja berpura-pura sedang mencari dengan satu alasan. Menghindar.
Seorang
SPG mengikutinya ke ruangan khusus staff. Dia tertawa, bukan mengejek sang SPB,
tapi menertawakan sang Ibu tersebut. Sedangkan SPB itu mulai berwajah kesal.
Setelah ditenangkan oleh temannya, barulah dia keluar dan menjelaskan proses
yang memakan waktu tersebut.
Sepertinya
Ibu tersebut bisa menerima dan kembali duduk lagi. Namun, belum sampai satu
menit dia sudah kembali memanggil karyawan dengan nada tinggi. Tentu saja yang
sudah menyaksikan bagaimana dia memarahi seorang SPB berusaha menghindar. Ada
yang pura-pura melayani yang lain dan ada yang bersembunyi di balik rak-rak
piring.
Bertepatan
dengan itu, pintu lift terbuka. Seorang SPB keluar dengan beberapa biji troli
ditangannya. Diikuti seorang anak kecil bertubuh gempal yang sedang mencari persembunyian. Setelah
troli disimpan ditempatnya, tentu saja dia mendatangi panggilan sang Ibu
tersebut. Dan terjadilah kejadian dimana seseorang yang tidak tahu apa-apa tapi
langsung dimarahi. Tentu saja dia bingung. Namun, setiap kali bertanya meminta
penjelasan, Ibu tersebut semakin menaikkan nada suaranya. Seperti temannya
sebelumnya, diapun pura-pura mencari diruang belakang. Sedangkan sang Ibu
meminta agar barangnya dibawa kelantai dasar saja. Dia menunggu disana katanya.
Dan diapun menghilang ditelan lift.
Sedangkan
di kiri kanan lift terdapat tangga turun dan naik. Disana berdiri seorang anak
gembul dengan wajah deg-degan setiap kali terdengar nada tanda pintu lift
terbuka. Ada
sedikit gurasan takut diwajahnya. Tentu saja rasa takut itu memang benar.
Sebutkan satu hal saja yang ditakuti oleh seekor tikus yang tiba-tiba
bersembunyi? Kucing. Dan sekarang manusia kecil yang tidak terlalu kecil ini
sedang bersembunyi dengan jiwa tikusnya menghindari terkaman kucing yang secara
fisik dan realitanya jauh lebih kecil daripada badannya. Dan memang begitulah
hukum permainan ini. Petak Umpet nama nasionalnya. Namun karena ini di Bandung,
maka Ucing Sumput namanya. Persembunyian dan Pencarian pun menjadi kegiatan
utama yang harus dilakukan oleh para atlet petak umpet ini. Maka tidak aneh
jika secara internasional namanya menjadi Hide and Seek.
Lalu
apa hubungannya dengan bocah ini? Sstt... Dia sedang bersembunyi dari adiknya
yang mungkin saja sedang mencarinya. Namun lift bekerja dengan licik. Dari
lantai teratas bisa saja sang penumpang langsung berada di lantai terbawah
tanpa menginjakkan kaki dilantai yang lain olehnya.
Rasa
khawatir yang berlebihan itu tidak bagus. Dan fakta itu lah yang berbicara saat
anak ini mengkhawatirkan persembunyiannya berlebihan. Otaknya yang (mungkin
saja) encer berhenti bekerja. Sehingga dia tidak menyadari bahwa ada seorang
gadis kecil dengan senyuman simpul penuh kemenangan berjalan pelan seolah takut
tiba-tiba ada ranting yang terinjak dan membuat buruannya lari sebelum dipanah.
Kontan saja sang kakak kaget saat bahunya disentuh oleh sang adik dengan
teriakan kemenangan "Ketemu!".
Beberapa
staff yang sedang menyaksikan kejadian tersebut tertawa kegirangan merasa
terhibur. Sang kakak yang baru saja menyadari bahwa,gerak - gerik mereka
diperhatikan tiba-tiba saja langsung berlari ke depan lift dengan pipi merah
diikuti sang adik yang kebingungan. Dipencetnya
tombol bergambar panah turun disamping pintu lift. Namun tidak bisa secepat itu
bisa terbuka karena lift-nya sedang diam dilantai dasar (karena tidak digunakan
dalam beberapa menit terkahir) dan harus melewati lantai-lantai setelahnya
dengan sabar.
Sang
Kakak yang tak sabarpun berlari ke arah tangga turun. Namun pintu lift baru
saja terbuka setelah dia menuruni beberapa tangga. Menyadari haknya, diapun
berbalik dan menghilang dimakan elevator tersebut. Tapi
sayang. Sepertinya anak itu sedang menuju kearah yang salah. Orang tuanya sedang
berada dilantai tiga sedangkan mereka sedang menuju kelantai dasar. Beberapa
menit kemudian pintu lift dilantai dua kembali terbuka. Sekumpulan orang yang
sepertinya satu keluarga keluar. Dan di titik terakhir ternyata dua anak tadi
juga ikut keluar. Dengan pede-nya mereka berjalan hingga beberapa langkah
kemudian seorang SPB yang tersenyum-senyum simpul menyadarkan mereka berdua.
Dia kenal wajah tersebut. Dan ternyata dia salah lantai. Seharusnya mereka satu
lantai lagi.
Mereka
mundur, memencet tombol, menunggu dan karena kelamaan kemudian berlari kearah
tangga yang menuju keatas. Sontak saja wajah lucu mereka membuat tawa dari para
SPB dan SPG di lantai tersebut menggelegar.
Pintu
lift kembali terbuka. Dan, semua staff yang awalnya berkumpul dan tertawa
langsung berpencar mencari kesibukkan masing-masing. Ekspresi wajah mereka
berubah total. Di depan pintu lift, berdiri seorang perempuan dengan dagu yang
terangkat. Tatapan tajam dan kipas yang digerak-gerakkan. Kepalanya bergerak kekiri dan kekanan secara
perlahan tapi pasti seperti kipas angin di kamar kost. Dan seandainya ada lagu
yang cocok untuk menggambarkan situasi tersebut, tentunya sebuah lagu yang
berjudul 'Kembalinya Sang Ibu Sibuk'.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar