Rabu, 08 Januari 2014

Dongeng Kapital

Cerita dimulai sejak dibukanya pintu lift untuk pertama kali di pagi hari. Tujuh kali dalam seminggu. Dua belas jam dalam sehari.

Tumbuhlah subur sebuah toko yang ada di sudut Kota Bandung. Peralatan untuk rumah, hotel dan cafe disediakan lengkap disana. Ada penjual tentu ada pembeli. Walaupun dalam kasus ini penjualnya entah ada dimana, tapi pembelinya ada dalam bentuk asli. Untuk melayani para konsumen tersebut, direkrutlah beberapa orang yang mampu secara fisik dan mental melayani niat suci pembeli tersebut.

Dan kisahpun tercipta.

Pukul 08.00 WIB.

Setelah apel pagi, maka berpencarlah seluruh manusia yang mengadu nasib di toko nan subur itu. Ada yg mendapat tugas di lantai dasar, tempat keluarga plastik dan sejenisnya dijual, lantai satu, tempat stainless steel dan sejenisnya, lantai dua yang menyimpan berbagai jenis kaca dan lantai tiga dengan barang-barang elektroniknya. Sedangkan dilantai empat atau pada kenyataannya lantai yg ke-lima, dijadikan sebagai gudang bagi toko tersebut.
Sebuah mobil hitam muncul bertepatan dengan dibukanya toko itu oleh satpam. Tanpa pikir-pikir lagi, seorang pria bersama istri dan dua anaknya pun langsung memasuki bangunan lima lantai tersebut.

Mereka berempat tanpa ragu langsung memilih untuk menuju ke lantai tiga dengan lift. Kompor, magic jar, dan berbagai peralatan yang mengandung listrik dan gas berada dilantai ini. keluarga bermata sipit dan berkulit oriental ini pun berkeliling melihat dan memilih peralatan yang pas untuk di beli.

Dua anaknya, yang satu laki-laki berbadan subur, berambut cepak dan berperawakan tinggi, yang umurnya bisa diperkirakan sekitar tujuh tahun. Dan yang satunya wanita, berperawakan kurus langsing dan centil yang berumur sekitar enam tahun. Ada banyak perbedaan mereka. Tapi satu persamaan yang jelas. Mereka lincah.

Disela kesibukkan orang tuanya yang sedang sibuk memilih-milih, mereka pun membuat sebuah permainan. Permainan kuno yang terlihat modern karena dimainkan di sebuah supermarket khusus Home and Hotel Supply.

Setelah berunding, maka Sang adik pun rela menjadi orang yang menutup mata. Sedangkan sang kakak mulai terlihat sibuk mencari tempat persembunyian. Namun, karena ini toko, tentunya tidak ada tempat persembunyian yang bagus kecuali lift. Ya, dan disitulah dia bersembunyi.

Di lantai 2.

Lift terbuka dan keluarlah seorang ibu. Wajahnya anggun dengan dibumbui sedikit keangkuhan. Ditangan kanannya digantung sebuah tas mewah berwarna ungu berhiaskan berlian entah asli entah palsu. Sepatu berhak lebih dari lima centimeter membuat pantatnya yang besar terlihat semakin besar. Sedangkan perutnya yang buncit terlihat rata dengan payudaranya yang kecil. Jalannya pelan dan santai. Namun, frekuensinya melirik ke arloji mewahnya dalam satu menit membuat kesibukkan yang dia sembunyikan tersibak dan terpamerkan.

Setelah lebih dari tiga kali mengelilingi rak-rak piring, diapun melambaikan tangannya. Bukan pada cctv tentunya. Seorang SPB datang menghampirinya. Dari jauh terlihat jarinya menunjuk-nunjukkan sesuatu dan menjelaskan sesuatu yang sepertinya penting. SPB tersebut mengangguk dan melangkah kembali ke meja komputer.

Setelah mengecek stok, dia menelphone bagian gudang agar diturunkannya barang pesanan Ibu Sibuk tersebut. Mendapat sinyal menunggu, diapun melaporkan kepada sang Ibu tersebut bahwa pesanannya sedang diambil. Stok barang tersebut hanya tinggal satu dan itu cuma ada di bagian gudang. Sedangkan gudang yang berada dilantai paling atas menyimpan semua jenis barang yang dijual disana. Walaupun sudah dipastikan letak tepatnya, tetap saja pencarian harus dilakukan karena tidak hanya ada satu benda di tempat tersebut.

Sedangkan di lantai dua, Ibu tersebut sedang duduk gelisah menunggu barangnya. Belum tiga menit berlalu (yang biasanya butuh waktu sepuluh menit atau lebih) Ibu tersebut sudah mengeluh.
SPB yang tadinya melayani Ibu tersebut kini sedang sibuk melayani orang lain dan sesekali bercanda dengan teman seprofesinya. Tanpa dia sadari bahwa dia sedang diawasi.
"Hey, kamu!" Panggil Ibu tersebut dengan sedikit berteriak. Setelah didatangi SPB tersebut, nada suaranya pun lebih dinaikkan. Dengan sesekali menunjukkan arlojinya dia menggerutu kearah SPB tersebut.

Mendapat keluhan mendadak, sang SPB tetap berusaha profesional dan meminta izin untuk mengecek barang di belakang. Tentu saja belum ada barang tersebut sampai. Tapi, SPB tersebut sengaja berpura-pura sedang mencari dengan satu alasan. Menghindar.

Seorang SPG mengikutinya ke ruangan khusus staff. Dia tertawa, bukan mengejek sang SPB, tapi menertawakan sang Ibu tersebut. Sedangkan SPB itu mulai berwajah kesal. Setelah ditenangkan oleh temannya, barulah dia keluar dan menjelaskan proses yang memakan waktu tersebut.

Sepertinya Ibu tersebut bisa menerima dan kembali duduk lagi. Namun, belum sampai satu menit dia sudah kembali memanggil karyawan dengan nada tinggi. Tentu saja yang sudah menyaksikan bagaimana dia memarahi seorang SPB berusaha menghindar. Ada yang pura-pura melayani yang lain dan ada yang bersembunyi di balik rak-rak piring.

Bertepatan dengan itu, pintu lift terbuka. Seorang SPB keluar dengan beberapa biji troli ditangannya. Diikuti seorang anak kecil bertubuh gempal yang sedang mencari persembunyian. Setelah troli disimpan ditempatnya, tentu saja dia mendatangi panggilan sang Ibu tersebut. Dan terjadilah kejadian dimana seseorang yang tidak tahu apa-apa tapi langsung dimarahi. Tentu saja dia bingung. Namun, setiap kali bertanya meminta penjelasan, Ibu tersebut semakin menaikkan nada suaranya. Seperti temannya sebelumnya, diapun pura-pura mencari diruang belakang. Sedangkan sang Ibu meminta agar barangnya dibawa kelantai dasar saja. Dia menunggu disana katanya. Dan diapun menghilang ditelan lift.

Sedangkan di kiri kanan lift terdapat tangga turun dan naik. Disana berdiri seorang anak gembul dengan wajah deg-degan setiap kali terdengar nada tanda pintu lift terbuka. Ada sedikit gurasan takut diwajahnya. Tentu saja rasa takut itu memang benar. Sebutkan satu hal saja yang ditakuti oleh seekor tikus yang tiba-tiba bersembunyi? Kucing. Dan sekarang manusia kecil yang tidak terlalu kecil ini sedang bersembunyi dengan jiwa tikusnya menghindari terkaman kucing yang secara fisik dan realitanya jauh lebih kecil daripada badannya. Dan memang begitulah hukum permainan ini. Petak Umpet nama nasionalnya. Namun karena ini di Bandung, maka Ucing Sumput namanya. Persembunyian dan Pencarian pun menjadi kegiatan utama yang harus dilakukan oleh para atlet petak umpet ini. Maka tidak aneh jika secara internasional namanya menjadi Hide and Seek.

Lalu apa hubungannya dengan bocah ini? Sstt... Dia sedang bersembunyi dari adiknya yang mungkin saja sedang mencarinya. Namun lift bekerja dengan licik. Dari lantai teratas bisa saja sang penumpang langsung berada di lantai terbawah tanpa menginjakkan kaki dilantai yang lain olehnya.
Rasa khawatir yang berlebihan itu tidak bagus. Dan fakta itu lah yang berbicara saat anak ini mengkhawatirkan persembunyiannya berlebihan. Otaknya yang (mungkin saja) encer berhenti bekerja. Sehingga dia tidak menyadari bahwa ada seorang gadis kecil dengan senyuman simpul penuh kemenangan berjalan pelan seolah takut tiba-tiba ada ranting yang terinjak dan membuat buruannya lari sebelum dipanah. Kontan saja sang kakak kaget saat bahunya disentuh oleh sang adik dengan teriakan kemenangan "Ketemu!".

Beberapa staff yang sedang menyaksikan kejadian tersebut tertawa kegirangan merasa terhibur. Sang kakak yang baru saja menyadari bahwa,gerak - gerik mereka diperhatikan tiba-tiba saja langsung berlari ke depan lift dengan pipi merah diikuti sang adik yang kebingungan. Dipencetnya tombol bergambar panah turun disamping pintu lift. Namun tidak bisa secepat itu bisa terbuka karena lift-nya sedang diam dilantai dasar (karena tidak digunakan dalam beberapa menit terkahir) dan harus melewati lantai-lantai setelahnya dengan sabar.

Sang Kakak yang tak sabarpun berlari ke arah tangga turun. Namun pintu lift baru saja terbuka setelah dia menuruni beberapa tangga. Menyadari haknya, diapun berbalik dan menghilang dimakan elevator tersebut. Tapi sayang. Sepertinya anak itu sedang menuju kearah yang salah. Orang tuanya sedang berada dilantai tiga sedangkan mereka sedang menuju kelantai dasar. Beberapa menit kemudian pintu lift dilantai dua kembali terbuka. Sekumpulan orang yang sepertinya satu keluarga keluar. Dan di titik terakhir ternyata dua anak tadi juga ikut keluar. Dengan pede-nya mereka berjalan hingga beberapa langkah kemudian seorang SPB yang tersenyum-senyum simpul menyadarkan mereka berdua. Dia kenal wajah tersebut. Dan ternyata dia salah lantai. Seharusnya mereka satu lantai lagi.

Mereka mundur, memencet tombol, menunggu dan karena kelamaan kemudian berlari kearah tangga yang menuju keatas. Sontak saja wajah lucu mereka membuat tawa dari para SPB dan SPG di lantai tersebut menggelegar.

Pintu lift kembali terbuka. Dan, semua staff yang awalnya berkumpul dan tertawa langsung berpencar mencari kesibukkan masing-masing. Ekspresi wajah mereka berubah total. Di depan pintu lift, berdiri seorang perempuan dengan dagu yang terangkat. Tatapan tajam dan kipas yang digerak-gerakkan.  Kepalanya bergerak kekiri dan kekanan secara perlahan tapi pasti seperti kipas angin di kamar kost. Dan seandainya ada lagu yang cocok untuk menggambarkan situasi tersebut, tentunya sebuah lagu yang berjudul 'Kembalinya Sang Ibu Sibuk'.

Tidak ada komentar: